Pria di dalam Bis

Pagi itu, dipemberhentian bis kota. Gadis itu dengan langkah cepat seolah sesuatu mengejarnya, tentu saja.. ia teramat takut untuk ketinggalan kendaraan yang hendak melaju tanpa memperdulikan penumpang. Sekali berhenti, langsung masuk. Tidak perduli, meski penumpang tertinggal satu orang. Sepertinya, perusahaan bis tersebut lebih mengutamakan kedisiplinan. Setiap orang mungkin berfikir, alangkah baiknya jika belajar pada bis kota, berhenti sejenak kemudian melesat laju teratur. Berhenti disetiap pemberhentian halte.
Beberapa kali ponselnya berdering, tentu saja... ia teramat takut terlambat. Apalagi orang yang menghubunginya sungguh tidak sabaran, dia bisa saja memarahinya akibat menunggu lama.. dan dia sudah memahami sifat orang tersebut sejak dari dulu.
'Aku sebentar lagi akan naik bis' dia mengetik beberapa pesan diponselnya kemudian mengirimnya.
Bis meluncur dari arah kanan, dan dia sudah berdiri diambang pintu penumpang. Sesekali ia melirik jam merah yang melingkar pada pergelangan tangannya, ini sudah menunjukkan pukul 08.00 lebih.
'Kalau kamu udah sampai dihalte, telpon' hanya itu saja, dan ia enggan untuk membalas lagi. Biarlah... nanti ketika sampai dia akan meneleponnya.
Bis sudah berhenti tepat dihadapannya, si kernet menyuruh yang turun dulu untuk keluar. Ia mundur beberapa langkah, 'lumayan ramai sekali penumpangnya' fikirnya. Setelah penumpang semuanya turun, ia melesak masuk, kemudian duduk dideretan kursi sebelah kanan. 
Bis berjalan, sesekali tubuhnya bergerak kedepan, belakang, kiri dan kanan sepertinya bis menyandung sesuatu, dan ia memperhatikan jalanan yang ramai lalu-lalang kendaraan.
Luar biasa, kota yang ramai... setiap paginya, tentu dipenuhi oleh bis dan kendaraan lainnya. Kebetulan pagi itu, ia tidak ada kuliah jadi ia memutuskan untuk pergi bermain ketempat kakaknya .
Ia memperhatikan sekeliling bis, ada beberapa orang sibuk dengan diri masing-masing tidak ada yang saling perduli... tapi pandangannya kemudian berhenti ketika ia melihat sosok dipojok belakang dekat jendela. Tas punggung hitam duduk disampingnya, wajahnya tidak terlihat, baju berkerah dengan motif kotak selengan berbalut ditubuhnya Celana jeans panjang menutupi kaki jenjangnya. Tangannya memegang sebuah buku kecil, komik. Tapi dia terlihat sangat menikmati, gadis itu tidak melepas pandangan darinya. Dahi si-empunya sedikit terlihat, ada hansaplast kecil yang menutupi keningnya.
Dia menurunkan tangannya, gadis itu masih saja memandang kearahnya. Sosok itu, asyik meliarkan pandangannya dan ia berhenti, ketika manik matanya bertemu dengan milik si gadis. Si gadis terkesiap, dan ia langsung membuang pandangan kearah lain.
'Lain kali, jangan seperti itu' ujarnya pada diri sendiri, dia masih gugup. Dan kegugupannya, dikejutkan oleh ponselnya yang berdering nyaring, segera ia menekan tombol tuts.
"Asyara... kamu masih dimana?" suara keras itu membuat ia mengernyit sekilas. Benar..!! sungguh tidak sabaran. Si empunya suara belum bisa sama sekali bersikap dewasa. Sebagai seorang adik, ia harus bersabar menghadapi kakak pria satu-satunya itu.
"Syara masih didalam bis.. Sabar kak. Tinggal bentar nyampe koq" ujar gadis itu.
Tuts, ponsel mati. Dan dia sudah cukup bersabar untuk menerima keegoisan dari kakaknya.
Bis berhenti, dia sekilas melirik kearah sosok pria tadi. Dan si pria memandang keluar jendela, angin sepoi menerbangkan rambut depannya. Wajahnya sangat terlihat tenang dan dewasa. Syara tersenyum sendiri, ia keluar. Bis berhenti, tapi matanya masih mengekor kearah bis yang berjalan meninggalkannya.
Kapankah kita bertemu lagi? Adakah hal yang akan membawa aku padamu? Atau sesuatu yang datang membawa dirimu padaku?
"Asyara..." ujar suara memanggilnya, dan ia menoleh. Kemudian ia berlari kearah sipemilik suara.
"Kamu lama..."
"Bisnya lama datang. Kakak sih, yang gak mau jemput"
"Udah ah"
Dan mereka menghilang ditikungan jalan raya.
Untuk dia, si pria didalam bis... Jika tuhan berkehendak, aku akan bertemu lagi denganmu.
First