Love of Being - Dear of New Year


31 Desember 2013, Cherrystone, washingtone
Sore ini dipelataran rumah depan, aku memetik beberapa bunga segar untuk ditaruh dimeja makan, sementara ibuku tengah menyiapkan hidangan makan malam. Kami akan kedatangan bibi Hegbert dan suaminya. Aku belum pernah melihat suaminya-paman Han’s. Aku membantu ibu didapur, ayah sudah pulang kemarin. Dia dan Troy pergi ketoko ‘rester’ untuk membeli kembang api. Rencananya nanti malam kami akan menyalakan kembang api dihalaman rumah.
“Ever, kau letakkan salada ini dimeja makan” ujar ibu memberikan piring besar kearahku sekembali dari luar.
“Kau tidak boleh meminum anggur, kau belum cukup umur”
“Aku tidak tertarik bu” potongku cepat.
“Samantha bagaimana? Kau menyuruhnya untuk datang?, ah gadis itu.. rasanya aku ingin mencubit pipi tembemnya itu” ujar ibu terkekeh. “Kalian membicarakan apa kemarin?” lanjutnya
“Tidak ada, Sam mungkin tidak datang malam ini. Dia ada urusan”
“Bagaimana dengan Daniel, beberapa hari terakhir ini ibu tidak pernah bertemu dengannya. Kalian ada masalah?”
“Ibu, jangan memulai. Jangan seperti Troy”
“Ibu hanya ingin tahu saja, kau marah?”
“Tidak, itu lihat masakanmu bu, apa kau akan membiarkan santannya mengering?” ucapku kesal, dia terlalu banyak bertanya dan ingin tahu. Dia tertawa, menyebalkan.
“““

“Kami pulang” teriak Troy dari pintu depan. Kulihat dia membawa sesuatu berisi kantung hitam yang kuyakini adalah kembang api.
“Ever, tadi aku bertemu dengan si tetangga. Dia berada di pusat pertokoan rester, sepertinya dia membeli sesuatu”
“Kenapa kau membertitahuku”
“Karena dia mencarimu”
“Lalu?”
“Aku mengatakan kalau kau ada dirumah. Ada pesan untukmu, dia memintamu untuk datang kerumahnya nanti malam. Atau mungkin dia akan kesini. Untuk menjemputmu, tuan putri. Haha” aku mengernyit. “Tapi kurasa kau tidak akan bisa pergi. Ibu tidak membiarkanmu”
“Aku juga tidak mau pergi”
“Benarkah?”
“Itu tidak penting”
“Aku tidak percaya”
“Terserah”
“Dia menunggumu. Kau tetap tidak akan pergi?”
“Aku tidak mau dengar lagi”
“Sungguh?”
Aku pergi meninggalkan Troy yang mengejekku. Ya, mungkinkah benar apa yang dikatakan Troy? Tapi tidak masuk akal sama sekali, kufikir dia berbohong. Ya sudah.
“““

Malam perayaan tahun baru. Bibi Hegbert dan paman Han’s sudah datang. Dia membawa keranjang buah dan plastik putih. “Kami tidak sengaja mampir ditoko dekat sini” jelas bibi Hegbert yang di-iyakan oleh paman Han’s. Ternyata paman Han’s terlihat tampan dengan kemeja garit yang membaluti tubuhnya. Kulit putihnya terlihat kontras dengan sinar neon, dia keturunan italia, ketika tersenyum lesung pipitnya muncul diantara kedua belahan pipinya yang memerah akibat cuaca dingin diluar. Pasangan yang serasi. Bibi Han’s menggunakan switter ungu muda dengan rambut blondenya yang disanggul kebelakang. Stoking hitam menutupi kulitnya, perpaduan dengan rok coklat terang sampai lutut.
Ibu mengajak bibi Han’s masuk kedalam rumah. Sementara ayah dan paman Han’s mengikuti dibelakang, mereka juga tengah sibuk membicarakan pekerjaan masing-masing.
“Aku dan Han’s berangakat tadi sore, tapi karena kami mampir ke-panti ‘jacqville’ jadinya kami agak terlambat datang” ujar bibi Hegbert mengulas senyum.
“Tidak masalah, yang penting kalian datang. Aku khawatir, jika seandainya kalian tidak datang, karena aku sudah memasak banyak. Haha” ibuku tertawa sambil meletakkan bawaan bibi Hegbert diatas meja -dapur.
 Kami berkumpul dimeja makan, suasana riuh tawa akibat ulah Troy malam itu, dimalam yang akan menjemput perubahan baru, awal baru dan mungkin akan menjadi catatan baru untuk kehidupan semua orang. Ibuku memasak hidangan istimewa hari ini, jadi kami puas untuk makan. Troy kadang merebut makananku dan aku merasa jengkel.
Selesai makan malam, aku dan Troy berada dihalaman depan rumah. Bibi Hegbert dan ibuku tengah membereskan bekas makan malam kami. Ayah dan paman Han’s sedang duduk diruang tamu.
“Yosh, sekarang waktunya…” teriak Troy menyalakan kembang api, aku terkikik geli melihat tingkah adikku ketika ia menyalakan korek api, dia belum terbiasa. Tangannya terlihat gemetar.
“Hati-hati Troy, kau bisa terbakar” ledekku, dia merenggut. Aku duduk diberanda dekat kolam ikan. Beberapa ikan koi berenang, aku menaruh ikan pemberian nenek tahun lalu dikolam kecil ini. Entah kenapa, tiba-tiba saja aku teringat Daniel. Aku meliarkan mata kearah kamarnya. Sepi. Aku tidak pernah melihatnya, lampu rumahnya juga tidak menyala. Kemana dia? Apa dia pergi merayakan tahun baru bersama Dylan juga?
Kilatan-kilatan itu indah menyerang mataku.Troy menyodorkanku tapi aku menolak, kecil-kecil tapi aku tidak berani menyentuhnya. Aku takut terkena cipratan api-nya yang menyalang.
“Kau penakut” ujar Troy, aku tidak perduli.
“Apa benar yang kau katakan tadi sore?” aku bertanya, seolah itu terlontar begitu mudahnya dari mulutku.
“Tentang apa?”
“Kau bertemu Daniel” – dia tersenyum miring,
“Kau tertarik? Mau mendengar ceritaku?” lanjutnya.
“Sudahlah, kau semakin membosankan”cercaku kesal.
“Yasudah” polosnya dan melanjutkan kegiatannya memainkan kembang api.
‘Buarr’
Suara kembang api terdengar di tengah langit, warna-warnanya memenuhi langit malam yang ditemani bintang-bintang. Beberapa warna berkerlap-kerlip dari berbagai arah. Seluruh dunia sedang merayakannya.
Ayah, ibuku, paman Han’s dan bibi Hegbert keluar rumah menuju teras depan. Kami tersenyum melihat kembang api yang memenuhi langit.
“Tinggal beberapa  jam lagi ya” ujar bibi Hegbert riang, paman Han’s mencium keningnya lembut. Ini sudah jam 10 lewat dan kami akan menunggu, mungkin sampai pagi, sampai hari terbit. Sambil menikmati beberapa makanan ringan yang dibeli ayah sore tadi dan bawaan bibi Hegbert.
Memang senang rasanya,,
“Selamat malam” kulihat Samantha berujar riang didepan gerbang rumah, diikuti Daniel dan Ralf dibelakangnya. Apa yang mereka lakukan?.
“Apa dia teman-temanmu Evv?” tanya bibi Hegbert
“Iya” ujarku, aku berlari menghampiri mereka yang baru saja sampai dihalaman rumahku.
“Ever, kami kesini untuk merayakan tahun baru bersamamu. Ditempatmu sayang, bolehkan?” ujar Samantha yang bergelayut ditanganku-seperti anak kecil-
“Kenapa harus dirumahku?”
“Memang tidak boleh?” cela Daniel
“Kenapa tidak ditempatmu saja?”
“Kau mungkin tidak akan mau datang?” dia menghadap kelain arah.
“Aku akan izin ke ibuku, kalian tunggu sebentar” ujarku, aku berlari kecil ketempat keluargaku. Kulihat ibuku tersenyum,
“Ada apa Ever?” tanyanya,
“Aku diajak ketempat Daniel- untuk merayakan tahun baru” ujarku pelan diakhir kalimat. “Jadi, apakah aku boleh pergi?” lanjutku.
“Tentu sayang, teman-temanmu sudah menunggu. Tidak apa-apa” izin ibuku, huh.. akhirnya, kenapa aku senang?. Aku heran. Sesuatu yang tiba-tiba ingin membuatku tersenyum.
“Aku boleh ikut?” ujar Troy, yang langsung ditarik tubuhnya oleh ibuku.
“Tidak boleh” sarkatis ku dan berjalan kearah yang lain. Kami meninggalkan rumahku dan menuju rumah Daniel.
“““

Disinilah kami, halaman belakang rumah Daniel. Luas, hanya satu pohon besar yang tumbuh disana, -pohon akasia- beberapa lembar daunnya berguguran. Dimusim dingin. Rencananya, kami akan menikmati jagung bakar malam ini, ada beberapa snack yang dibawa dari dalam oleh Daniel dan tak lupa pula kembang api besar yang akan dinyalakan nanti.
“Setelah selesai, kalian harus membersihkan ini semua” ujar Dylan yang bersender didekat pintu sambil mengisap rokoknya, asap rokok menyembul dari mulutnya dan beterbangan diudara.
“Iya, iya.. kau seperti ibu-ibu saja” kesal Daniel.
“Nah.. semua, kita akan menikmati malam ini” lanjut Daniel, dia duduk disampingku.
“Hei.. kenapa kalian tidak mengajak kami?” seseorang menyembul dari balik pintu, aku mengenalnya dan diikuti oleh beberapa lainnya. Aku ingat -4 pria aneh, yang meminta uang kepada Daniel. Mereka berani sekali datang ketempat Daniel, bukankah terakhir aku melihatnya, Daniel sempat marah dan mengusir mereka?
“Oh.. kalian. Boleh saja, asal jangan mengganggu Ever” ujar Daniel, mudah sekali.
Mereka menuju kearah kami. Flick, pria yang sebelumnya melayangkan tangannya kearahku lalu dicegat oleh Daniel.
“Ini Jim, Lackson dan Ray” kata Flick memperkenalkan yang lain. “Kalian sekolah ditempat yang sama ya?” ujarnya. “Kukira, tidak ada yang mau berteman dengan Daniel, haha” katanya lagi, dia memulai.
Tapi Daniel, terlihat tenang-tenang saja. Apa dia tidak marah?
“Baiklah, kita akan menyalakan kembang apinya. Happy new year” teriak Daniel yang diikuti oleh teriakan Samantha dan yang lainnya. Kembang api yang besar itu terbang tinggi dan menyala, aku kagum dan benar-benar indah. Ayah dan Troy hanya membeli kembang api yang kecil, berbentuk bintang-bintang dan jika dipegang bisa saja akan mengenai tangan, dan itu yang aku takutkan.
Setelah selesai, Daniel mendekatiku. Dia tersenyum “Kau sudah menerimanya?” ujarnya ketika yang lain tengah sibuk menikmati kembang api.
“Apa?”
“Boneka bear”
“Darimu?” dia mengangguk.
“Terima kasih”
“Kau menyukainya?”
Aku diam, dia memegang tanganku lembut. “Ever, aku minta maaf. Mungkin kau tidak senang. Tapi aku akan mengatakannya meskipun kau tidak senang, meskipun kau mengatakan aku berbohong atau semacamnya. Tapi ini benar-benar yang aku rasakan. Kau mungkin berfikir, bahwa aku belum terlalu mengerti. Iya. Mungkin memang seperti itu. Tapi ini benar-benar nyata. Aku menyukaimu, aku mencintaimu” ujarnya, dia diam. “Rasanya.. berbeda, seperti yang sebelumnya. Aku ingin selalu bertemu denganmu” lanjutnya.
Aku membuang muka. “Kau serius?” tanyaku, dia mengangguk. “Lalu.. mau pacaran?” lanjutku. Matanya membulat, aku tersenyum.
“Kau mau?” dia balik bertanya, dan pada akhirnya aku mengangguk. Suasana yang akan menjelang pagi.
Matahari lahan-perlahan terlihat menyembul dilangit yang masih agak gelap dan tersenyum diawal tahun. bersamaan dengan Daniel yang bersamaku-saat ini, dia yang tengah menggenggam tanganku.


Previous
Next Post »