Last the Moment - Akai Ito


~Bukankah aku sudah memperjelas semuanya? Ketika itu, aku sendiri... kau menghadirkan hal yang ajaib. Hal yang berbeda, apa kau mengerti maksudku? Meski kutelah menyinggung semua ini beberapa kali. Dapatkah kau mengerti? Aku memang tak layak, tapi saat itu aku menyadari siapa diri ini. Jadi mengertilah, ketika kau mengerti sesuatu kufikir itu akan menjadi awal sebuah hubungan yang baik yang akan kau ciptakan, meski kau tak akan mampu untuk menerimanya. Lihatlah, aku baru saja menemukan sebuah boneka salju kecil diseberang jalan. Hanya inilah boneka salju yang tersisa dan aku senang, aku dapat memberikan ini untukmu~
Suara tawa dari kedua insan  yang sedang berdiri ditengah-tengah Yokohama itu sangat kentara. Semakin banyak orang yang lalu lalang tak mereka fikirkan, sebab disana juga ramai dan bising. Tentu saja. Musim salju, kau melihatnya? Seolah orang-orang tidak ingin meninggalkan musim ini. Mereka menikmatinya. Tahun baru juga akan tiba, bukankah akan lebih fantastis lagi? Bagaimana dengan kembang api? Waah... bukankah tahun baru lebih mencolok dengan ribuan kembang api dilangit? Kau akan menantikan hal itu.
“Jangan mengejekku seperti itu Ryoko. Kau sendiri tidak memperhatikan wajahmu yang memucat akibat dinginnya tempat ini?” dia berteriak, keramaian membuat mereka tak saling mendengar. Hanya dengan berteriak, maka akan bisa menangkap kata dari masing-masing. “Hei, apa kau akan tetap berdiri disana sampai membeku?” lanjutnya. Seolah tempat itu merupakan ruang bagi mereka. Untuk bermain, tentu saja. Kau fikir apa? Mungkin bersenang-senang.
“Aku tidak akan mati kedingingan. Shota. Bagaimana dengan kuncup bunga mekar yang kau lihat saat kau di Nagoya? Mungkin dia akan berkuncup seperti matahari ini” ujar gadis yang sedari tadi berdiri didepan gambaran bunga matahari. Indah, kau bisa mengatakan bahwa tempat itu menakjubkan. Akan kufikirkan lagi sampai mana batas keindahan didalam fikiranmu. Oh ya, apa kau fikir ini lucu. Lihatlah dan bandingkan. Apa kau lebih memilih bunga matahari dari pada sakura. The blossoom of sakura. Kau pasti akan senang ketika melihat sakura berguguran dimusim semi.
“Kurasa...” lelaki itu menengadah, memandang sebuah lampu bahlom kecil diatasnya. Warna kuning remang-remang. Kau melihat matanya yang bersinar akibat benda itu? Cahaya itu seolah menyinari ruang mata yang terlihat redup. Akan sulit kau artikan jika tak menyadarinya. Mulai, lihatlah... apa kali ini kau akan merasa buruk?. “Aku akan pulang...” lanjutnya, dia menggerakkan kakinya dan hendak meninggalkan tempat itu. Apa kau mengerti maksudnya?
“Hei... bukankah kita baru saja tiba ditempat ini? Kenapa begitu cepat?” gadis itu berlari, kemudian menarik lengan kanannya. Terang saja dia bingung. Hei... apa yang terjadi padanya? Baru saja dia terlihat baik, mengapa berubah seperti ini? Kau perlu memikirkannya kembali ! Apa yang membuat dia seperti ini?
“Aku merasa lelah, aku ingin pulang. Maaf...  Jika kau ingin tetap berada ditempat ini, bermainlah” dia pergi ! Ada apa? Bukankah kau belum melihat bunga plum bermekaran? Bukankah kau mengatakan kemarin, kau ingin melihatnya? Kau ingin menyaksikan secara langsung? Ada apa, jangan membingungkan seperti ini?
Lelaki itu berjalan, meninggalkan gadis itu yang sendirian ditengah keramaian. Jadi... acara pertunjukkan bunga plum bermekaran tidak dapat mereka saksikan secara bersamaan. Kau tidak tahu, gadis itu ingin menyampaikan sesuatu, tapi dia menahannya dan menyembuyikannya. Mungkinkah dari relung hatinya? Entahlah?
Padahal musim semi akan segera tiba. Menyaksikan bunga plum sendirian. Kau kesepian. Mereka membawa pasangan masing-masing seolah merasakan musim dingin yang berubah menjadi musim semi. Sementara kau? Kedinginan, menggigil melihat gugurnya bunga itu. Musim semi yang akan segera tiba ya? Sebentar lagi...
‘Aku tidak tahu, dapatkah aku masuk kedalam hidupmu? Meski kutahu... itu tidak mungkin? Mengertilah... dan maaf, perasaan itu sudah ada sejak dahulu... dan aku tidak bisa menghapusnya sampai sekarang. Semakin kau berada dihadapanku membuatku sulit untuk melupakanmu. Mungkinkah benang merah dapat mempersatukan kita?’
1 April  - Tokyo
“Kau disini rupanya” ujar lelaki jangkung bermata sipit itu. Dia berjalan mendekati sosok gadis yang berdiri dibawah pohon sakura yang berguguran. “Ada yang ingin kukatakan” lanjutnya, melangkahkan kakinya  kesamping gadis itu. Dia memasukkan tangan kedalam saku celananya.
Gadis itu berbalik, memandangi pria yang berdiri disampingnya dan tersenyum tipis.“Ada apa?”. Dia menunggu jawaban diakhir kalimat, suatu hal yang pentingkah?
“Aku minta maaf” lontaran maaf itu keluar dengan spontan dari mulutnya, gadis itu mengernyit heran, ‘maaf untuk apa?’ seolah keheranannya mengatakan seperti itu. “Aku minta maaf karena tidak menemanimu melihat bunga plum bermekaran” ujarnya pelan. Dia memandangi gadis itu, yang tersenyum kearahnya, lalu merunduk.
“Tidak masalah, sudah ya... aku pergi” ucap gadis itu mengakhiri. Dia hanya mengucapkan hal seperti itu?
“Tunggu... ada hal yang ingin kukatakan” lelaki itu bermaksud untuk mencegah kepergiannya, benar saja. Baru beberapa langkah, gadis itu berhenti ditempat. “Aku menyukai seseorang” lanjutnya, membuat gumpalan kebingungan dan kesedihan dalam diri gadis itu. Hancur, yah... dan bingung, siapa dia?
“Selamat...” ucap gadis itu, tanpa berbalik. Inginnya menangis, setelah ini dia hendak bermaksud untuk pergi, namun lelaki itu seolah mencegatnya menyuruhnya diam sebentar.
“Apa kau tidak ingin mengetahui siapa dia?” ujar lelaki itu pada akhirnya. Suasana hati gadis itu benar-benar sakit, dia ingin menangis sekarang. Kemudian tanpa sadar, dengan gerakan begitu cepat gadis itu langsung mengangkat kepalanya membiarkan bunga sakura menjatuhi wajahnya.
“Siapapun gadis itu, aku harap kau mendapatkannya” ucapnya pelan kemudian. “Aku pergi, ada hal yang ingin kuselesaikan” lanjutnya. Dia melangkah, baru beberapa langkah dia merasakan sesuatu menarik lengannya dan membuat dia menghentikan langkahnya.
‘Tak bisakah kau membiarkanku pergi? Jangan membuatku untuk mengharapkan hal yang lebih padamu, karena apa yang kuinginkan tidak mungkin kudapat darimu? Mengertilah. Kau akan benar-benar menyakitiku jika aku tetap berada disini’
“Shota… biarkan aku pergi. Ganbatte… aku mendukungmu!!” ujarnya setengah berbalik kemudian menepuk bahu lelaki itu. Namun apa kau tahu, dibalik senyumnya terdapat cairan bening yang mungkin bisa saja tumpah jika wadah penyimpanannya bocor.
Dia pergi dan apa kau benar-benar akan membiarkannya begitu saja? Kau sudah sejauh ini, hentikan dia. Jangan ikuti ego atau bahkan rasa malu yang akan kau sesali nantinya.
“Ryoko…” ketika gadis itu hendak melangkah, dia melingkarkan tangan dipinggang gadis itu, memeluknya erat. Sontak saja, gadis itu terkejut sekaligus heran. Dia belum tahu apa-apa.
“Kau... aku menyukaimu. Maafkan aku” ujarnya pelan, sambil menangkup dagu dibahu gadis itu. Tanpa ia ketahui, gadis itu tengah menyunggingkan senyuman dan menyesap kembali buliran bening yang beberapa detik lalu berjatuhan membasahi pipinya.
“Ada apa denganmu? Bagaimana bisa?” ujarnya polos, lelaki itu melepaskan lingkaran tangannya. Berbagai hal muncul dalam fikiran dan ia tengah diambang kebingungan. Antara marah atau akan berujung kebencian. Tapi… siapa yang tahu?
“Maafkan aku”
Gadis itu tersenyum, “Jika kau mencintaiku, kenapa kau tidak memelukku?” protes gadis itu, kemudian lelaki itu melebarkan kedua tangannya dan menarik gadis itu kedalam pelukannya.
“Terimakasih” ucap gadis itu diakhir kalimat.

Lelaki itu memeluk gadisnya di musim semi tepat dibawah pohon sakura yang berguguran. Seperti halnya... benang merah yang sudah terjalin dan menyatukan kedua pasangan yang saling mencinta.
End
Previous
Next Post »