27 November 2013. Cherrystone, washingtone
Pagi ini
aku bingung dan benar-benar bingung, aku bahkan tak tahu mengapa aku seperti
ini.Tapi aku tahu, setidaknya aku tahu, ehm… maksudku sebuah kata yang
membuatku untuk memikirkannya kembali.Troy tersenyum nakal, dan sepertinya dia
tahu rencanaku dengan Daniel.
“Kupastikan,
harimu akan baik nona” ujarnya yang bersender pada pintu kamarku.
“Sepertinya
kau mengetahui sesuatu?Berhentilah tersenyum seperti itu, itu terlihat
menjijikkan” aku mengeluarkan beberapa pakaian dari lemari pakaianku.
“Kau
bingung, hm… kupastikan kau kebingungan memilih baju untuk kau
gunakan.Benar?”ujarnya.
“Kembalilah
kekamarmu, dan jangan menggangguku” usirku, tapi dia tidak mau beranjak dari
depan kamarku.
“Ayolah,
Troy…” lanjutku dan dia melengos pergi kemudian…
“Ever,
berkencan. Ever akan berkencan” teriaknya dan aku tak memperdulikannya. Aku
berharap menemukan pakaian yang akan kugunakan sekarang dan segera pergi.
Aku
mengenakan kaos biru sampai siku dan celana panjang coklat. Kupikir ini lebih
pantas walaupun terkesan jaman dulu.Tapi inilah gayaku.Aku keluar dan kulihat
Troy bersama ibuku tersenyum kearahku.
“Dia akan
berkencan dengan Daniel.Tetangga kita itu” ujar Troy dan aku seperti
terperanjat untuk sesaat.
“Apa
urusanmu?Apa perdulimu. Kau hanya anak
kecil” judasku.
“Jadi kau
sudah dewasa? Ibu kau dengar, Ever sekarang telah menjadi orang dewasa. Lihatlah…”
ejeknya.
“Berhentilah
menggoda kakakmu. Masuk dan pergi belajar” bela
ibuku terhadapku. Untuk saat ini aku menang.
“Rasakan…
Aku menang” ujarku dan ibuku langsung memandangku dengan tatapan seperti
mengatakan ‘Kau jangan seperti itu pada
adikmu’.Lalu ibuku menggerakkan kepala seperti menyuruhku untuk pergi.
Tidak lupa seperti biasa, mencium pipi dan keningnya lalu pergi.
Aku
membuka pintu rumahku pelan dan kudapati Daniel berdiri sambil melipat kedua
tangan dibawah dada.
“Kau
sudah lama menunggu?” tanyaku pelan.
“Tidak
terlalu. Baiklah, kemana kita sekarang?” tanya Daniel.
“Kau
tidak masalah jika kita pergi ketoko buku?” ucapku dan dia hanya
mengangguk.Selama diperjalanan kami berdua hanya terdiam tanpa mengeluarkan
sepatah kata-pun.
“Aku
memberitahu Dylan akan berkencan denganmu” ujarnya, sembari meletakkan kedua
tangan dibelakang kepala.
“Lalu,
bagaimana tanggapannya?.Apa yang dikatakan?” ucapku.
“Dia
hanya tersenyum dan mengatakan semoga
harimu menyenangkan. Yah begitulah” aku berani menjamin dia meniru gaya Dylan
ketika mengucapkan itu.
SCENE Other
Kedua
remaja itu duduk diatas kursi kayu panjang. Dibawah pohon persik yang rimbun.
Suara derusan angin menerpa wajah
keduanya.
“Aku akan
membeli roti disana, kau tunggu saja”
ujar seorang gadis dengan rambut panjang
putih pucat yang sengaja ia kuncir kuda pada pria yang tengah duduk
disampingnya. Sementara pria itu hanya mengangguk dan gadis itu pergi
meninggalkannya.
Ever,
gadis itu melewati jalan raya yang pada saat itu tidak terlalu ramai oleh
kendaraan. Tapi ramai oleh lalu-lalang
orang yang lewat. Dia menuju sebuah toko kecil yang ada diujung, disana
didapati seorang wanita tua yang tengah duduk disalah satu kursi plastik sambil
memandang kearah pintu masuk.
“Selamat
datang” ujarnya ketika Ever mendekatinya.
“Apa kau
penjual roti bakar ini?” ucap Ever ketika kedua matanya tertuju kearah
roti-roti berbentuk persegi itu.
“Iya, apa
kau akan membelinya. Akan kupanggilkan anakku untuk membungkuskannya untukmu”
lirihnya pelan, lalu beberapa detik setelah dia mengucapkan hal itu, seorang
wanita dengan celemek biru keputihan datang, dia sedikit memperbaiki letak rambut hitamnya yang berantakan.
“Apa ada
pelanggan?” ujarnya cepat, dia memandangi Ever dan tersenyum pada gadis itu.
“Kau
ingin membeli apa?” tanyanya lagi. “Roti bakar” singkat gadis itu.
“Hari ini
kami ada menu special. Roti bakar dengan aroma kayu manis. Aku baru saja
membuatnya, aku akan memberikan gratis untukmu” ucapnya penuh dengan keceriaan.Dia
mengambil kantung plastik putih sambil bersenandung kecil.
“Anda
tidak perlu…” kata-kata Ever terhenti ketika wanita itu langsung menatap sedih kearahnya.
“Terimalah,
karena kau pelanggan pertama yang datang pagi ini.Jadi kumohon terimalah. Ini
mungkin sedikit memaksa.” ucapnya, dia memandangi gadis itu dengan penuh harapan.
“Baiklah,
terimakasih” ucap gadis itu pelan.
“Nah…”
ujar wanita itu sembari memberikan kantung plastik berisi roti pesanan Ever.Setelah
beberapa menit berikutnya, Ever-pun meninggalkan tempat itu.
“Kau lama
sekali” ujar Daniel, pria itu berdiri didekat persimpangan jalan menunggu gadis
itu.
“Maaf,
aku membelinya diujung jalan sana” ucap
Ever menunjuk jalanan panjang yang tidak terlalu ramai, bahkan jika dilihat
lagi malah terlihat sepi.
“Sebaiknya
kita kembali ketempat sebelumnya, kurasa kita akan menikmati roti ini dengan
udara segar” lanjut gadis itu.Lalu, Daniel mengangguk dan mereka menuju tempat
semula. Gerakan langkah mereka bersamaan, namun sesuatu membuat langkah Ever
terhenti, ketika ditempat mereka semula didapati enam orang lebih tepatnya tiga
orang gadis dan tiga orang pria. Ever mengenal ketika gadis itu, Kattie dan kedua temannya.
“Kurasa
kita akan celaka” kata Ever terdengar
berbisik.
“Kau
kenal mereka?” tanya Daniel.
“Iya…
tapi tidak terlalu mengenal mereka” ujar gadis itu.
“Lalu,
kenapa kau mengatakan akan celaka ketika melihat mereka?” ucap Daniel.
“Aku ada
sedikit masalah, jadi apa kau akan meneruskan niatmu untuk kembali ketempat
itu?” tanya Ever memastikan.
“Mengapa
tidak? Bukankah ini tempat umum?” ujar Daniel dan berjalan mendahului Ever.
Gadis itu mengikuti dari belakang.
“Oh… kita
bertemu lagi, Cash” ucap gadis blonde itu.
“Rupanya
dia sedang berkencan dengan… Kurasa aku mengenalnya” ujar pria dengan rambut
hitam dan menggunakan kemeja coklat sampai siku.
“Kelas
satu yang tidak memiliki pendidikan.Dia bahkan berteman dengan komplotan
geng.Kau tidak akan percaya, bukankah itu yang sedang beredar disekolah” tambah
pria yang beralis tebal dan berdiri disebelah Katie. Ever mengangkat kepala
memandangi Daniel, pria itu kembali terlihat berbeda. Dia menatap dingin kearah
Katie dan teman-temannya. Ever hanya memandang wajah tirus pria itu yang dengan
tatapan dinginnya.
“Daniel…”
lirih Ever pelan, gadis itu takut sesuatu akan terjadi. Dia menarik lengan pria
itu dan menggenggamnya pelan.
“Daniel…”
panggilnya sekali lagi dengan pelan, namun berhasil menyadarkan pria itu yang
seperti dirasuki dan kini telah kembali seperti semula. Daniel tersenyum kearah
Ever dan balas menggenggam tangan gadis itu.
“Kau tak
perlu khawatir” ujarnya, kemudian maju beberapa langkah dan sembari berkata
pada Katie dan teman-temannya.
“Kau
benar, aku bergabung dengan komplotan geng.Bagaimana jika aku memanggil geng ku
kesini dan menghajar kalian?Aku bisa menghubunginya sekarang.Jadi kau harus
berhati-hati, kau bisa saja mati ketika kau pulang nanti. Oh ya… Dan jaga gadis-gadis
mu itu. Mereka terlihat menjijikkan”.
Mereka
pergi meninggalkan tempat itu. “Bagaimana bisa dia berkata seperti itu? Dia bahkan tidak memiliki
ssopan-santun terhadap seniornya. Heh…” marah pria dengan alis tebalnya.
“Kufikir
kalian yang membuat dia marah.Bukankah sudah kuberitahu kau tak perlu
mengatakan hal seperti itu?Itu hanya kabar burung yang tengah beredar disekolah
kita-kan” ucap pria berambut blonde dengan kaos putih yang menyelimuti
tubuhnya.
“Tapi
pada kenyataannya dia benar-benar bergaul dengan komplotan geng. Sudahlah, kau
tidak perlu membela pria itu” ucap pria beralis tebal dengan nada yang sedikit
dinaikkan. Sementara pria berambut blonde itu hanya menggeleng pelan.
“Sudahlah
Jimmy, Christ… kalian tidak perlu meributkan hal seperti itu” sela Katie.
“Aku akan
memberikan pelajaran untuk gadisnya, aku berani jamin… dia tidak akan betah
berada disekolah.Dan Daniel, aku akan menyuruh pria itu berlutut untuk meminta
maaf pada kalian” lanjut Katie dan tersenyum evil dengan teman-temannya.
“Sudahlah,
hentikan rencana konyolmu itu Katie, kufikir itu tidak akan berhasil. Sebaiknya
kalian jangan terlalu berlebihan” bela pria berambut blonde.
“Christ…
apa ada yang salah dengan fikiranmu saat ini?” ujar gadis dengan rambut
sebahunya.
“Tidak,
tidak ada yang salah. Aku tidak akan ikut dalam rencana bodoh kalian. Aku
pergi” ujar pria berambut blonde itu berjalan meninggalkan mereka.
Sementara
dilain tempat. -Daniel dan Ever- sedang
menikmati roti bakar yang dibeli oleh Ever.
“Aku
sangat menyukai ini.Lezat, apa disana terdapat banyak rasa?” ucap Daniel sambil
memasukkan roti kedalam mulutnya, Ever mengangguk. Lama dia-Daniel mengunyah.
“Kau
harus membantuku ketempat toko roti ini.Aku akan membeli banyak” lanjutnya.
Kembali ia mengunyah, Ever memandangi pria yang duduk disebelahnya.
“Tadi
itu, apa tidak apa-apa?” ucapnya pelan.
“Maksudmu?”
bingung Daniel.
“Kau
mengatakan bahwa kau komplotan geng, dan kau bahkan mengancam mereka.Apa itu
tidak masalah?” ucap Ever berbicara hati-hati pada kalimat terakhir. Daniel
menghentikan kunyahannya. Kemudian membalas mata gadis itu lembut.
“Semuanya
akan baik-baik saja, aku tidak masalah jika mereka berfikir seperti itu.Tidak
masalah jika semua orang menjauhiku.Tapi aku tidak ingin kau menjauhiku. Aku
senang bertemu denganmu, Ever. Aku bahagia bersamamu” ucap Daniel dan membuat
Ever merona. Ever mengangkat tangan dan memegang wajah Daniel lembut.
“A..a-apa
yang kau lakukan?” ucap Daniel gelagapan.
“A-aku
hanya, hanya ingin me-menenangkan-mu. A-aku pernah membaca dibuku. Ji-jika
seseorang tengah bingung atau sedih. Ma-maka dia butuh sentuhan” ujar Ever
gelagapan pula. Langit terlihat cerah bahkan sangat cerah waktu itu, suasana
disekitar mereka terlihat penuh dengan warna. Disekitar mereka, penuh dengan
bunga-bunga mekar dimusim semi. Musim semi -EVER dan DANIEL-
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon