Love of Being - Keanehan

20 september 2013, Cherrystone, washingtone
Akhir-akhir ini aku tidak bisa fokus melakukan apapun. Lily Cambridge adalah ibuku, dia seorang ibu rumah tangga yang menyukai bunga. Ibuku sering menanam berbagai macam bunga dirumah. Pernah terfikir untuk meminta ibu untuk membuat usaha bisnis bunga, kufikir itu bagus. Tapi ia menolak, ia mengatakan ‘Untuk apa menjual bunga-bunga indah ini? Bukankah lebih bagus jika ditanam jadi hiasan dihalaman rumah’. Dan aku tak bisa membujuknya lagi, itu sudah menjadi keputusannya. Gilbert Hardeens, Ayahku. Dia bekerja disebuah perusahaan instansi, orangnya baik dan perhatian kepada keluarga. Sosok ayah yang bijaksana, namun dia tidak bisa diajak bercanda. Sementara, Troy Gildeen. Bukankah kalian tahu dia, hhh... adikku yang paling menyebalkan. Tapi aku menyayanginya, umurnya terpaut 3 tahun denganku.
Aku membaringkan tubuh diatas tempat tidur, lalu menutup mataku dengan telapak tanganku. Hhh... aku lelah. Aku merasa sesuatu masih menjalar dalam diriku. Entah sekedar perasaan biasa yang semakin meluap ataukah perasaan yang lebih? Aku juga kurang begitu yakin. Mungkin, karena dia selalu disampingku. Aku tak bisa menepis perasaan itu lagi. Aku baru merasakannya. Aku bangun dari tempat tidur dan pergi ke dekat jendela kamarku. Aku melihat ruangan rumah itu remang-remang.
“Kau bahkan sibuk memperhatikan tetangga sebelah tanpa menghiraukan panggilan ibu” suara itu langsung mengagetkanku dan dengan malas aku berbalik arah.
“Kenapa kau masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu?” tanyaku kembali ke tempat tidur.
“Aku sudah mengetuk pintu kamarmu beberapa kali, ibu memintaku untuk memanggilmu. Tapi... kau malah asyik dengan fikiran tentang tetangga sebelah itu? Oh siapa namanya?”. Anak ini membuatku kesal, aku mengambil bantal lalu aku lemparkan kearahnya.
“Keluar dari kamarku!!” usirku. Dia langsung menutup pintu kamarku dan aku melangkah gontai mengambil bantal yang ada didekat pintu kamar.
Aku keluar menemui ibuku yang sedang menyiapkan makan malam. “Kau kenapa? Wajahmu terlihat kesal?” tanya ibu yang membawa salad kearah meja makan.
“Troy bu... dia selalu membuat masalah denganku”.
“Hei... aku tidak pernah terlebih dahulu membuat masalah denganmu. Bukankah ibu yang menyuruhku untuk memanggil gadis yang sedang dilanda asmara ini?” ucapan Troy benar-benar membuat wajahku memerah.
“Diam kau... kau hanya anak kecil, tau apa kau tentang asmara?” ucapku kemudian menyesap anggur yang baru saja dituangkan oleh ibu pada gelasku.
“Berhentilah anak-anak, jangan membuat keributan dalam rumah” tegur ibu,
“Dia yang duluan”.
“Kau...”.
Suasana ribut didalam rumah itu seakan membuatku tambah kesal dan aku pergi kedalam kamarku, mencari ketenangan.
Akhir-akhir ini, aku sangat aneh. Biasanya aku tak memperdulikan setiap ucapan Troy, tapi kenapa setiap dia membawa-bawa tentang Daniel, aku seperti terpengaruh kedalamnya. Hhh... melelahkan dan menyebalkan.
Kurasa aku yang aneh... Kebisingan yang kudengar disekolah dan dirumah kini menjadi biasa bagiku. Aku belum mengerti tentang dia, walau begitu... dia telah membawa ku pergi dari kehidupan yang lain ini.


Previous
Next Post »