Love of Being - Sebuah Hadiah Bear Putih


29 Desember 2013, Beaufort, washingtone
Pagi yang dingin. Kurasakan tubuhku membeku walaupun aku menggunakan jaket tebal dan syal hangat. Troy bermain-main dengan salju yang sudah beberapa hari ini turun ditengah kota, aku sedikit geram karena Troy melempar bola salju kearahku. Apa dia tidak tahu, ini sangat dingin dan sebenarnya aku malas untuk keluar rumah. Kebetulan hari ini libur, awalnya aku ingin berbaring dan bermalasan dikamar, tapi gara-gara ibuku yang mengajak kami untuk mengunjungi toko temannya yang berada didekat stasiun kereta berjarak 200 kilo dari rumahku. 
Dan disinilah aku, dekat stasiun kereta beaufort. Sepi, mungkin karena rel tertutupi salju dan kereta tidak beraktivitas hari ini. Hanya satu, atau dua orang lalu-lalang memasuki toko bibi Hegbert, teman ibuku. Secangkir teh hangat dan beberapa kue kering lainnya berada didepan ku. Bibi Hegbert, terlihat lebih muda dari ibuku, mereka berteman saat SMA. Tapi bibi Hegbert dan keluarganya meninggalkan Washingtone dan pindah ke Seattle. Tahun 2010, bibi Hegbert menikah dan pindah kesini bersama suaminya, paman Han’s salah satu anggota kongres. Mereka tidak memiliki anak. Meskipun begitu, mereka tetap perduli terhadap anak-anak panti asuhan, mereka sering menyumbang dan bahkan mengundang anak-anak kerumahnya. Memberikan makan, hadiah dan sebagainya. Kesukaannya terhadap anak-anak membuat usaha boneka dan aksesoriesnya laris, kurasa. 
“Apa kabarmu Cambridge” ujarnya memberikan pelukan pada ibuku kemudian ia menarik sebuah kursi plastik biru lalu mendudukkan bokongnya. Sebuah meja kayu bulat yang kuyakin bahannya dari kayu mahoni berada di depan api yang tengah menyala. Pertama kali kami datang, dia tengah sibuk melayani pembeli diluar.
“Tumben sekali? Kau Ever.. dan Troy, benar !” lanjutnya, dia tersenyum kearah kami. Troy menunduk dan malu-malu, wajahnya memerah. Ibuku menyikutnya pelan.
“Jangan seperti itu, kau terihat memalukan” ledek ibuku yang diikuti oleh gelak tawa dari bibi Hegbert dan aku.
“Bagaimana usahamu? Dan, dimana Han’s?” tanya ibuku meliarkan matanya.
“Kau lihat sendiri, seperti biasa. Ada beberapa hal yang harus dia urus. Masalah kongres, seharusnya dia cuti untuk beberapa hari ini” ujarnya menyesap lotte miliknya, dia terlihat anggun dengan switter hangat yang membaluti tubuhnya. Wajahnya kemerahan akibat dingin diluar.
“Anak-anakmu sudah besar, terakhir kali aku melihatnya saat kau mengirimkan foto kecil mereka. Lucu sekali, aku masih menyimpannya. Bagaimana sekolahmu Ever?”
“Yah, baik” aku tersenyum, beberapa kali mataku kearah api yang sedang menyala, akhir desember yang benar-benar dingin.
“Apa rencanamu tahun baru ini?”
“Aku? Mungkin aku dan Han’s akan menjenguk anak-anak dipanti”
“Sekali-kali datanglah kerumahku. Aku mengundang kalian makan malam. Suamiku akan pulang besok, aku secara pribadi mengunjungimu untuk hal ini”
“Haha, terima kasih atas undanganmu Camb, akan aku ajak Han’s”
“Awalnya aku ingin berkunjung ketempat ibu bersama keluargaku. Karena Gilbert ada urusan pekerjaan, jadi aku membatalkannya. Kami berencana untuk menikmati kembang api tahun baru nanti. Untuk itu, datanglah kerumahku” bibi Hegbert tersenyum, dia melihat kearahku.
“Kau mau melihat-lihat tokoku, Ever?” tanyanya, mungkin karena melihatku yang terbengong sendiri atau ingin mengatakan sesuatu kepada ibuku dan akhirnya aku mengangguk. Aku dan Troy pergi meninggalkan ibuku dan bibi Hegbert, kami mengelilingi ruangan toko itu, luas. ‘Shoop’ beberapa kata itu terlihat dibagian rak-rak kaca, ada jam tangan, jam dinding, bingkai foto berbentuk hati ada juga yang berbentuk persegi, mainan anak-anak, boneka dan lainnya.
Mataku tertarik pada boneka besar, berwarna putih dengan topi hitam bundar menutupi kepalanya. Hidunganya yang panjang seperti kayu tampak melengkok sedikit, bulat mata hitamnya sebesar kelereng. Benda berbentuk kayu diangkat dengan tangan kanannya. Tanganku sudah melayang kearahnya, tapi…
Brugh…
Suara sesuatu jatuh dari rak kaca, dan aku langsung menghampiri tempat suara itu.
“Apa yang kau lakukan?” aku sedikit membentak Troy yang diam melihat jam weker bulat dengan gambar scoopy, pecah.
“Aku tidak sengaja” dia berucap dengan wajah bersalah.
Ibuku dan bibi Hegbert menghampiri kami,
“Aku minta maaf” lanjutnya dengan wajah memelas.
“Aku akan meggantinya, maafkan anakku Hegbert. Mereka tidak bisa diam” ucap ibuku yang merasa bersalah akibat ulah Troy.
“Tidak apa-apa Troy, itu tidak perlu Camb. Nanti akan dibersihkan” ujar bibi Hegbert pengertian.

Malamnya, kami pulang dari rumah bibi Hegbert. Hari ini melelahkan. “Bibi Hegbert akan berkunjung kerumah kita besok malam tahun baru. Malam tahun baru, ibu harap jangan ada yang keluar. Terutama kau Ever” jelas ibu ketika kami memasuki halaman rumah.
“Memang aku mau kemana? Aku akan melewatkan tahun baru dirumah. Biasanya kan memang seperti itu” ujarku.
“Kau tidak ada kencan dengan si tetangga-kan?” kekeh Troy. Tiba-tiba aku ingat Daniel yang mengajakku melihat kembang api bersama, aku tidak tahu apa aku harus pergi atau tidak. Ibuku sudah meminta untuk diam dirumah, jadi apa boleh buat? Aku rasa jika aku tidak pergi juga tidak masalah.
“Tidak” balasku dan mendahului ibuku yang juga ikutan terkekeh dengan ucapan Troy.
“Apa kalian sedang ada masalah? Beberapa hari ini kau terlihat kesal Ever. Nanti akan aku datangi dia dan meminta penjelasan kepadanya. Bagaimana?” teriak Troy ketika aku sudah memasuki pintu rumah dan aku sudah tidak mendengar kata-katanya lagi yang hanya suara tawa keras dari Troy.
30 Desember 2013, Cherrystone, washingtone
Aku melihat beberapa bunga lili ditaman ibuku. Disini, aku pernah duduk berdua dengan Daniel, menikmati senja serta mendapat penolakan dari pernyataan cintaku padanya, aku yang berterus terang dan aku masih ingat dia mengatakan ‘Aku memang mencintaimu, tapi... mungkin cintaku tidaklah sama dengan cinta yang kau rasakan dan aku mengatakan bahwa aku akan menunggunya, iya aku pernah mengatakan hal itu. Aku lelah Daniel, mungkin sampai sekarang ‘guci dihatimu belum terisi juga’ .
“Ever. Temanmu” suara ibu memanggilku dan aku langsung berlari kedalam rumah.
“Sam.. ada apa?” ujarku ketika melihat Samantha yang sedang duduk di ruang tamu dengan menenteng plastik putih.
“Hai.. ada sesuatu untukmu” ujarnya memberikan plastic putih itu padaku.
“Apa ini?” bingungku,
“Nanti kau lihat saja sendiri. Besok malam, apa kau ada waktu?”
“Kenapa?”
“Aku ingin mengajakmu pergi”
“Kalian mau kemana?” sela ibuku yang lewat menuju kedapur.
“Menikmati tahun baru, bolehkan aku mengajak-”
“Kita bicara dikamarku saja” ujarku memotong dan langsung menarik lengan Samantha menuju kamarku.
“Ayolah Evv, kau harus ikut. Tahun kemarin kau menolak ajakanku. Pokoknya kau harus ikut untuk perayaan malam tahun baru ini, ya ya!” ujarnya ketika kami sampai didepan pintu kamarku. Kami masuk dan aku menutup pintu pelan.
“Kuyakin kau tidak akan kemana-mana. Aku benarkan?”
Aku mengangguk membenarkan, lalu mengambil posisi duduk dikursi belajar. Sam duduk diatas ranjangku. “Oleh karena itu, kau harus ikut denganku. Apa kau tidak bosan diam dirumah terus? Berteman dengan buku-buku itu. Arght… Sekali-sekali kau luangkan waktu untuk bersenang-senang dengan yang lain. Kita akan menikmati perayaan tahun baru dan menonton kembang api sampai pagi” celoteh Sam, dia berbaring.
“Aku.. tidak bisa Sam. Bibi Hegbert akan datang, dan aku tidak bisa meninggalkan rumah”
“Siapa?”
“Teman ibuku, dia akan berkunjung. Dan ibuku tidak mengijinkanku untuk keluar rumah. Jadi aku harus—diam dirumah. Tidak masalah jika aku menikmati tahun baru, kami juga akan menyalakan kembang api. Disini juga akan, menyenangkan”
“Umh, ayolah Ever.. kita ini remaja sayang. Tidak ada salahnya jika kau tidak ikut dengan teman ibumu ataupun menikmati tahun baru bersama keluarga. Bukankah setiap tahun baru, kau selalu menikmatinya dirumah bersama ayah, ibumu dan Troy? Fikirkan Ev, bukankah kau perlu menyegarkan kepalamu? Kau seperti gadis 80-an saja” celoteh Sam- nadanya terdengar kesal.
“Akan aku fikirkan” aku Ever,
“Apa ini?” lanjutku, melihat plastik putih yang baru saja diberikan Samantha.
“Oh itu, kau boleh membukanya” ujarnya.
Tanganku lahan-perlahan membuka plastik itu dan didalamnya, boneka. Sebuah boneka kecil berpasangan. Bear putih, yang satu mengenakan gaun panjang dan yang satunya lagi mengenakan tuxedo hitam –sudah jelas pria dan wanita-
“Ini dari siapa?” heranku

“Nanti kau tau sendiri” kekehnya. 
Previous
Next Post »