Aku benar, dia masih
ditempat. Menugguku. Mungkin untuk waktu yang lama... Tapi, saat ini. Aku
benar-benar tak mengharapkannya. Aku juga, tidak akan pernah diharapkan
olehnya. Padahal, semuanya baik-baik saja. Memang. Pada awalnya, sebelum itu
terjadi. Aku tidak pernah memikirkan hal-hal yang menghantui fikiranku
tentangnya. Yahh... ini mungkin akan membuatku menggunakan otakku kembali untuk
memikirkannya.
Meski sudah
kuputuskan, namun... nasi sudah menjadi bubur. Terlambat aku sadari, dan
terlambat aku mengerti. Membuatku takut, dengan kejutan yang tiba-tiba. Aku
menilik langit gelap dan bertanya pada angin yang lewat... namun aku hanya
mendapatkan desahan lembut yang masuk hingga menusuk kepori-pori kulitku.
Pada selanjutnya, aku
melihat langit yang cerah... kulihat matahari pagi segera melangsang masuk
melawan jendela kaca dikamarku. Seolah ingin memberitahuku sesuatu, memang...
aku membutuhkan jawabannya, dan yang kudapat hanyalah... siluet cahaya
memberikan kibaran senyum bersematkan cahaya seolah menghias seluruh relung
yang sedang coba kucerna dalam hati.
Aku belum menyerah,
kulihat ribuan bintang berkerlap-kerlip... namun, ketika kuperhatikan lagi...
kulihat cahaya bintang mars merah tengah tersenyum kearahku. Aku belum
mengerti, akan arti dari senyuman yang ia tampakkan diantara ribuan bintang
yang berkerlap-kerlip tanpa arti itu. Aku membuang pandangan... melihat bulan
besar yang berada diantara ribuan dan menjauh dari mars merah itu. Bulan itu
semakin berkilau, menerangkan sisi-sisi dipinggir-pinggirnya. Seolah ikut
bergembira akan gemerlapan bintang yang penuh dengan keajaiban alam itu.
Hhh... aku melengos,
mencoba mengais apa yang ada dalam fikiranku. Tentang semuanya. Yang kuyakini
akan tersemat dalam jiwaku. Meski kumendahului tentang fikiran yang kurasa
belum masuk akal itu. Namun... akan kucoba.
Dan pada saat itu
datang, aku mengerti maksud dari semua itu. Aku menyadari... tidak ada yang
salah pada diriku. Aku selalu menyalahkan diriku, tanpa mengerti dan menilik
semuanya. Hingga pada saat itu... fikiranku kubiarkan melayang jauh didalam
angan. Fikiranku ku biarkan mengacau dalam batinku, tanpa sadar... dia
mengetahuinya. Dengan sangat bodohnya, aku mengatakan “Aku mencintaimu” tepat
dihadapannya dan itu membuatku semakin bersalah dengan keadaan. Aku menangis,
aku mencoba menghindar. Berlalu dari hadapannya, menghindarinya, berlaku seolah
tak mengenal dan tak mengetahui akan kehadirannya. Kalimat apa yang bisa aku
katakan lagi? Ini membuatku bingung.
Dan untuk kedua
kalinya, merasuki fikiran yang selama ini kujaga dengan baik. Baru saja ingin
menyapanya, bermain dan mencoba untuk dekat dengannya... dia membalas. Inilah
balasan darinya. Aku yang melakukan itu lebih dahulu. Aku tidak patut
menyalahkannya. Karena aku memang yang salah. Setiap dia memanggil... aku
selalu acuh, dan sekarang. Ketika dia sudah berada didekatku... semuanya seolah
hampa, hilang.
Ketika ada dia dan
aku disana, dia selalu menghindar, pergi. Aku mengerti. Dan aku tidak bisa
berbuat apa-apa lagi. Tidak akan pernah. Aku meminta maaf, dan dia selalu
mengatakan... ‘tidak apa-apa, santai saja. Itu hal yang wajar, untuk remaja
diusia kita ini’. Baginya tidak masalah... tapi aku, itu benar-benar masalah.
Lama... sekali, aku sampai tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Seolah akulah letak
dan awal kesalahannya.
Sampai seseorang
mengatakan, aku keren, hebat, bagus. Karena aku menyampaikan perasaanku
padanya. Namun, ada pula yang tidak menyangka... kalau aku benar-benar
mengutarakan hal itu. Heh,,, aku hanya bisa mengatakan ‘whatever...’ Gadis yang jarang bergaul sepertiku ini... bisa
mengutarakan hal seperti itu?
Namun, ada pula
seseorang yang mengatakan. Kamu salah, seharusnya bukan dia. Aku tahu...
menurut mereka dia bukan orang baik. Tapi... sebenarnya dia orang baik. Entah
kenapa? Setelah aku mulai menyukainya... banyak hal positif yang aku fikirkan
tentangnya. Memang... pada awalnya, aku takut terhadapnya... dia benar-benar
menakutkan. Tapi setelah... rasa itu hadir. Hanya hal positif yang mulai
bersarang dikepalaku tentang dia.
Menyukainya juga...
aku merasa, aku semakin dekat dengan yang lainnya. Aku sering keluar kelas pada
saat keluar main dan pergi kekantin, serta duduk dibawah pohon nangka atau
nongkrong didepan ruang guru dan ruang kelas. Aku tidak mengerti, mengapa aku
melakukan hal itu. Namun, itu semua sangat aku nikmati. Entah kenapa, aku ingin
berterimakasih padanya. Namun... itu tidak bisa, tidak akan pernah bisa.
Aku sadar, memikirkan
dan mengingatnya bukan hal yang baik bagiku. Aku dan dia mungkin berbeda
tujuan, kami akan pergi kearah yang berbeda. Saat ini... bagiku itu tidak akan
menjadi masalah. Dia akan melakukan apa yang ingin dilakukan oleh hidupnya dan
aku akan melakukan apa yang ingin dilakukan oleh hidupku. Keinginan itu bisa
saja tidak kita dapatkan jika tanpa rasa ikhlas dan tulus yang menyertai. Aku
mengerti, karena aku tidak melakukan apa-apa. Ini menyadarkanku akan hal yang
mungkin menjadi salah satu kisah dalam hidupku.
Saat kami sudah
berjauhan, serta saling tidak mengingat... mungkin akan ada sesuatu yang akan
terjadi. Dilain waktu, tempat dan yang tidak kita ketahui. Bukan berarti sebuah
harapan menunggu disana, tapi sesuatu yang akan menjadi kenyataan yang tidak
kita ketahui dalam hidup. Bukankah kita tidak tahu bagaimana rencana tuhan?
Meskipun kami tidak dipertemukan lagi, akan ada hal yang lebih baik sedang
menunggu. Disana...!! Mungkin akan menjadi sebuah keajaiban yang benar-benar
indah. Pada waktunya.
End
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon